Senin, 11 Januari 2010

Jalan-Jalan ke Kota Portsmouth

Udara dingin menusuk tulang menyambut kedatangan saya di Heathrow, bandara ternama di London, Inggris. Tak lama kemudian sebuah mini van berwarna putih telah disiapkan untuk menjemput saya. Tujuan kami bukan ke kota London, melainkan ke kota paling selatan Inggris, di wilayah Hampsire. Sebuah kota pelabuhan yang menjadi saksi keperkasaan armada laut Inggris.

Kota Portsmouth.

Laju van membawa saya melewati jalan tol panjang dan lebar selama satu jam. Saya terdiam sambil menikmati pemandangan. Ternyata, jalan tol di Inggris tidak jauh berbeda seperti Jagorawi ataupun Cipularang. Banyak pepohonan di sana-sini ditemani gemulainya ilalang. Hanya suhu udara serta tidak perlu membayar saja yang membedakan.

Usai keluar tol sampailah di wilayah Hampsire. Kami mulai memasuki jalanan pedesaan. Jalanan ini hanya cukup untuk dua kendaraan dari arah yang berlawanan. Rumah-rumah masih jarang. Sepanjang jalan terhampar rerumputan diselingi oleh bunga-bunga liar warna kuning dengan pagar kayu dan kuda-kuda poni di dalamnya. Indahnya ranch tersebut, tidak pernah saya saksikan secara langsung sebelumnya.

Lima belas menit berlalu. Rumah-rumah mulai banyak terlihat dipinggir jalan. Rumah-rumah itu didominasi oleh warna coklat dan merah bata khas eropa. Bentuknya ramping. Lebarnya paling hanya 7 meter namun bertingkat. Rumah itu saling berhimpitan antara satu rumah dengan rumah yang lain. Halaman di depannya sangat kecil. Mungkin hanya semeter tanpa ada taman atau garasi, namun tetap tertata rapi dengan hiasan taman bunga mungil.

Hampir setiap satu kilometer, van kami harus berhenti untuk menunggu lampu kuning di sebuah bundaran. Bundaran di sana mungkin ibarat persimpangan jalan seperti Simpang Lima di Semarang. Namun, kendaraan tertib mengantri, mendahulukan yang dari arah sebelah kanan untuk berjalan. Satu simpangan bisa terdapat hingga 15 tiang lampu lalulintas.Warga di sana sangat menaati peraturan lalu-lintas. Sungguh pemandangan yang langka.

Lima belas menit kemudian sampailah di pintu masuk kota Portsmouth.
 
Mobil van berhenti saat di sebelah kiri jalan terlihat kota Portsmouth yang ada dibawah. Ternyata saya dan teman-teman seperjalanan berada di Portsdown Hill, satu-satunya dataran tinggi di kota Portsmouth.  Angin bertiup sangat kencang, akan tetapi tidak menghalagi kami dan orang-orang lainnya untuk menikmati pemandangan kota Portsmouth yang luasnya sekitar 4000 kilometer. 

Di kejauhan sana saya melihat lautan. Sementara rumah-rumah hanya terlihat atapnya saja. Tak lama kemudian hujan turun. Kami pun melanjutkan perjalanan menuruni bukit.

Tidak sampai sepuluh menit kami tiba di perumahan kota Portsmouth yang berpenduduk 200.000 jiwa. Kota kecil ini sangat sepi. Pada pukul 2 siang jarang sekali orang terlihat. Rumah-rumah disini berhimpitan. Benar-benar tidak ada halaman. Sebagian besar jalan lebarnya hanya 6 meter. Namun ditepinya selalu ada tanaman bunga mawar yang terawat dan bermekaran dengan diameter sekitar 10 - 15 cm.

Setelah tiba di hotel dan menaruh barang, hujan berhenti. Saya langsung bergegas keluar berjalan kaki menyusuri kota Portsmouth. Ternyata kota ini sangat kecil. Berjalan kaki satu hingga dua jam bisa mengelilingi kota seluruhnya. Namun badan sudah terasa lelah. Esok hari adalah waktu yang tepat untuk mengunjungi tempat-tempat wisata kota Portsmoth.


Wisata di Portsmouth

Hari kedua cuaca sangat cerah. Awan putih tebal terlihat kontras dengan langit yang begitu biru. Tujuan pertama adalah mengunjungi Gunwharf Quays. Gunwharf adalah pusat belanja kota Portsmouth di tepi Portsmouth Harbour atau pelabuhan Portsmouth. Bangunan Gunwharf cukup luas. Menampung 95 toko dan 25 restoran. Konsepnya belanja terbuka sehingga akan kesulitan apabila turun hujan. Bangunan Gunwharf di desain seperti dek kapal. Disini juga merupakan dermaga bagi yacht pribadi.


Di Gunwharf lambang kota Portsmoth berdiri. Menara pandang yang bernama Spinnaker Tower. Bentuknya seperti layar kapal dengan tinggi 170 meter. Untuk mencapai puncak harus menaiki sebuah lift. Dari puncak ini kita bisa melihat seluruh kota Portsmouth hingga kapal-kapal yang berlabuh di Porstmouth Harbour. Hati-hati bagi yang takut ketinggian, karena saat berdiri dipuncak, Spinnaker Tower bergoyang cukup kencang.

Setelah mengisi perut saya melanjutkan perjalanan ke Historic Dockyard. Dok kapal raksasa yang masih aktif digunakan hingga saat ini. Di sini tidak hanya kapal-kapal kecil. Kapal perang terbesar milik angkatan laut Inggris yang masih aktif digunakan.

Tidak hanya kapal perang yang masih aktif, di sini juga terdapat kapal perang Inggris jaman dahulu yang sangat bersejarah. HMS Victory namanya. Kapal ini sudah tidak bisa digunakan lagi dan menjadi museum. HSM Victory sangat unik bentuknya. Ukurannya 57 dikali 69 meter. Beratnya lebih dari 3000 ton. Berwarna kuning hitam dengan ribuan tali-tali yang digunakan untuk menaikkan layar. Terdiri dari 4 dek atau empat tingkat, dengan 100 senjata untuk berperang. Kapal milik Laksamana Nelson atau Lord Nelson ini satu-satunya yang masih bisa bertahan hingga sekarang. HMS Victory terkenal karena digunakan pada perang laut Travalgar melawan Spanyol dan Perancis pada tahun 1805. Kapal ini merupakan favorit raja Henry ke 8.


Usai dari HMS Victory saya kembali berjalan menuju Old Porstmouth. Old Porstmouth merupakan sebuah benteng pertahanan panjang dan besar yang dibangun untuk mempertahankan kota pelabuhan pada masa perang dunia kedua. Dari sini aku kembali berjalan untuk menuju lapangan besar tempat masyarakat Portsmouth biasa mengadakan acara yang benama Southsea Common. Lapangan luas ini berada di tepi pantai dan dikelilingi oleh hotel-hotel, termasuk hotel yang saya tempati.


1 komentar:

M. Alam Nugraha mengatakan...

ko foto sama tony adams nya ga ada......

Posting Komentar

 
Template designed using TrixTG