Sabtu, 16 Juli 2011

Kesuksesan Ayam Penyet Pandanayu

"Saya kepengen punya warung yang besar mbak. Terus menunya bukan ini aja tapi nambah menu-menu yang lain," ujar Yunus, seorang penjual ayam penyet di dekat rumah kos saya di Mampang Prapatan 6, Jakarta Selatan.

Cita-cita ini terlontar dari pemilik warung kecil berukuran sekitar 3 x 4 meter yang menjual ayam penyet pada tahun 2008 lalu. Saya sering mengobrol dengan Yunus saat makan di warungnya. 

Sejak pertamakali warung ini dibuka, saya langsung menjadi pelanggannya. Meskipun warungnya hanya bisa menampung tidak lebih dari 6-7 orang, namun rasa sambalnya yang berbeda dari ayam penyet lainnya, membuat saya tidak tahan jika sehari tidak makan di sini.

Yunus menamakan warung ayam penyetnya Ayam Penyet Pandanayu. Laki-laki yang saat itu belum genap berusia 24 tahun memberanikan diri menyewa sepetak bangunan di daerah Mampang Prapatan 6, di mana terdapat banyak kos-kosan para pekerja. 

Sebelumnya Yunus sempat berjualan di samping gedung Bulog. Namun karena tempatnya kecil yang hanya muat untuk 2-3 orang, para pembeli jadi sulit untuk duduk dan makan dengan tenang. Yunus pun mencari tempat lain bagi dagangannya.

Menjadi pedagang ayam penyet sudah menjadi impian Yunus sejak dulu. Awalnya, Yunus datang ke Jakarta dan bekerja menjadi Satpam. Namun setelah kontraknya berakhir, Yunus harus memutar otak untuk bisa bertahan hidup di Jakarta. Maka, dengan modal pas-pasan, Yunus berjualan bubur sumsum keliling di pasar-pasar. 

Awalnya, Yunus mengaku sulit menjajakan bubur sumsum dari satu tempat ke tempat lain karena dirinya pendiam dan pemalu. "Sampai ada suatu saat penjual di pasar nanya. Kamu jualan bubur sumsum? Lha, kok nggak bilang. Teriak gitu biar orang tau. Kalau nggak teriak mana orang mau beli," cerita Yunus.

Setelah itu Yunus memberanikan diri untuk berteriak menawarkan bubur sumsum racikannya. Ternyata, bubur sumsum buatannya mendapat tanggapan yang sangat baik dari orang-orang di pasar. "Ya, bubur sumsum saya laris. Sampai kadang balik dua kali bikin bubur," terang Yunus sambil mengingat masa lalunya.

Meskipun laris, Yunus tetap bermimpi untuk bisa berjualan ayam penyet. Karena menurut Yunus, memasak ayak adalah kegiatan favoritnya. Yunus pun sering bereksperimen membuat sambal dengan membaca buku dan memodifikasi resep-resepnya.

Setelah modal yang terkumpul cukup, Yunus membuka warung penyet di samping Gedung Bulog, dan pindah ke Jalan Mampang Prapatan 6. 

Dalam kurun waktu satu tahun, Yunus sudah bisa membuka cabang di belakang Hero Gatot Subroto. Saat itu Yunus mengaku omsetnya mencapai Rp 16 juta per bulan. 

Sayangnya, saya harus meninggalkan kos di Mampang dan berpisah dengan ayam penyet nikmat racikan Yunus pada tahun 2009. Beberapa bulan kemudian saya berkunjung ke Mampang, Yunus sudah membuka cabang kecil lagi di perempatan Mampang Prapatan, seberang 7/11 yang ke arah Bangka. 

Tahun 2010 saya kembali lagi ingin makan ayam penyet buatan Yunus dengan sambal yang menggigit lidah dan membuat keringat bercucuran karena pedasnya yang luar biasa nikmat. Sayangnya, saya tidak menemukan Ayam Penyet Pandanayu lagi di sana. Saya pikir, Yunus pulang kampung.

Hingga suatu saat, akhir Juni 2011, seorang teman mengajak saya makan di Jalan Margonda, Depok. Saya melintasi sebuah tempat makan besar berwarna hijau. Seorang laki-laki membagikan flyers warna hijau bertuliskan Pandanayu.
Saya terkejut dan langsung melihat ke bagian atas tempat makan untuk melihat papan nama Pandanayu terpampang besar.

"Mas, ini yang punya Mas Yunus yang di Mampang ya?," tanya saya berapi-api pada laki-laki tersebut.
"Iya, mbak," jawabnya. 
"Mas Yunusnya ada?"
"Ada mbak, sebentar."

Yunus pun keluar dari tempat makannya dan langsung menjabat tangan saya, layaknya teman lama bertemu. Saya terkagum-kagum melihat perjuangan seorang Yunus yang saya saksikan dari nol menjadi sebesar sekarang. Warung kecil disulapnya menjadi tempat makan yang sangat luas di seberang pintu masuk Universitas Gunadarma. 
Kami pun bertukar cerita tentang bagaimana bisa membuka warung sebesar ini. Ternyata, Yunus tidak hanya membuka warung di Jalan Margonda No.16, Depok tetapi juga di Lenteng Agung, dan Pancoran. 

Kesuksan Yunus adalah berkat ide barunya dalam meracik sambal ayam penyetnya yang khas. Kini, mimpi Yunus terwujud. Bukan hanya ayam penyet yang dijualnya, tetapi sudah divariasikan dengan berbagai menu lain seperti Mie Ayam, dan lain sebagainya.



Ayam Penyet Pandanayu sangat patut untuk dicoba. No telpon yang tertera di flyers 02144492345.










0 komentar:

Posting Komentar

 
Template designed using TrixTG