Film Shattered Glass mengangkat tema mengenai seorang jurnalis muda berbakat bernama Stephen Glass yang mampu membuat cerita fiksi untuk mendapatkan berita yang besar dan membuatnya terkenal.
Shattered Glass yang diangkat dari kisah nyata ini mengambil setting kantor majalah The New Republic. Pada tahun 1998, The New Republic meraih kesuksesan, dengan jurnalis bernama Stephen Glass (Steve) sebagai salah satu andalannya. Artikel jurnalistiknya yang mendalam dan gaya penuturan yang enternaining, membuat para pembaca koran dan majalah Amerika terpikat dengan artikel-artikel yang ditulis Steve.
Sosok pribadi Glass yang ditampilkan di awal film adalah sebagai seorang jurnalis muda rendah hati dan mampu mengambil simpati rekan-rekannya baik melalui pujian, maupun sikapnya yang selalu bersedia menolong. Tidak terkecuali pada Chuck Lane yang diangkat sebagai editor baru. Chuck menggantikan editor sebelumnya Michael Kelly yang dipecat karena dianggap melawan atasannya.
Sebagai editor baru, Chuck dinilai tidak pantas menduduki kursi editor oleh anak buahnya, yang sangat menghormati editor sebelumnya. Namun demikian, Glass tetap menampilkan sikap baik terhadap Chuck. Sayangnya sikap Glass ini tidak berarti apa-apa saat tulisan fiktifnya mulai terbongkar.
Bencana bagi Glass bermula lewat artikelnya yang menjadi sangat populer yakni “Hack Heaven”. Hack Heaven adalah artikel mengenai seorang hacker anak-anak yang digandeng oleh pengusaha hebat untuk melakukan manipulasi. Artikel tersebut mengundang perhatian editor media internet Forbes Digital Tool, Kambiz Foroobar. Kambiz mempertanyakan kegagalan jurnalisnya Adam Panenberg kerena melewatkan sebuah berita bagus mengenai hacker seperti yang ditulis Steve.
Adam kemudian membaca artikel “Hack Heaven” yang ditulis Glass dan menaruh kecurigaan. Adam kemudian melakukan verifikasi lewat internet untuk mencari nama-nama tokoh serta perusahaan yang dituliskan Steve. Adam menemukan bahwa artikel tersebut adalah fiktif, dan melaporkannya kepada Kambiz.
Penelusuran ini berlanjut dengan menghubungi editor The New Republic, Chuck. Chuck yang dimintai kontak orang-orang dan perusahaan yang ada di dalam artikel “Hack Heaven”, kemudian menghubungi Steve. Sadar kebohongannya terancam, Stephen Glass melakukan berbagai cara untuk membuat situs dan nomor telfon fiktif, hingga menggunakan saudaranya untuk menyelamatkan diri. Manipulasi Glass tersebut sempat membingungkan para jurnalis Forbes. Naas, ternyata Chuck sebagai editor yang bertanggung jawab terhadap artikel tersebut mulai curiga, namun masih tetap berusaha untuk melindungi jurnalisnya.
Kemudian Chuck melakukan klarifikasi yakni mempertemukan Glass dengan para jurnalis Forbes yakni Kambiz, Adam, dan Andie lewat konferensi jarak jauh. Posisi Glass terpojok karena interogasi Adam Panenberg yang meminta penjelasan mengapa alamat email yang diberikan fiktif, serta nomor telepon yang dihubungi selalu dijawab oleh mesin penjawab. Glass yang panik kemudian mengaku bahwa ia ditipu oleh para narasumbernya. Namun Forbes bersikeras tetap akan mempublikasikan berita mengenai cerita fiktif Glass.
Meski curiga, sebagai editor, Chuck masih terus berusaha mencari kebenaran untuk melindungi jurnalisnya. Chuck mengajak Stephen Glass pergi ke tempat-tempat yang disebutkan dalam artikelnya untuk mencari narasumber yang disebutkan dalam tulisannya. Namun ternyata tempat yang dideskripsikan Steve hanya fiksi. Saat itu Chuck akhirnya yakin bahwa Stephen Glass mengarang cerita.
Kebohongan besar ini membuat Chuck berencana memecat Stephen Glass. Namun berbagai tekanan dari pihak internal mulai dari atasan hingga rekan kerja, memaksa Chuck hanya menjatuhkan skorsing selama 2 tahun. Chuck yang tidak puas terus meminta Steve untuk berkata jujur, namun Steve tetap bersikeras bahwa dia adalah korban yang telah dibohongi oleh narasumbernya.
Chuck lantas membuka karya-karya Stephen Glass di edisi The New Republic sebelumnya, dan menyadari bahwa ternyata artikel-artikel yang ditulis Steve sangat janggal. Chuck pun akhirnya yakin bahwa artikel yang selama ini ditulis oleh Stephen Glass banyak dikarang.
Artikel Adam Panenberg mengenai skandal kebohongna Stephen Glass akhirnya muncul, dan disambut sebagai gebrakan dalam jurnalisme intenet. The New Republic kemudian menulis permintaan maaf kepada pembacanya, serta mengakui bahwa 27 dari 45 artikel yang ditulis Sthepen Glass hanya fiktit belaka.
ANALISIS
Film Shattered Glass ini adalah pembelajaran yang sangat baik mengenai kegiatan jurnalis seperti apa yang seharusnya dilakukan. Isu besar yang diangkat dalam film Shattered Glass adalah kewajiban pertama jurnalisme pada kebenaran dan intisari jurnalisme adalah disiplin verifikasi.
Inti kegiatan jurnalisme untuk mendapatkan fakta adalah terus melakukan verifikasi. Oleh kerena itu tidakan yang dilakukan oleh editor The New Republic dan Forbes untuk mencari fakta dengan melakukan cek dan ricek terus menerus adalah tepat.
Apa yang dilakukan oleh Stephen Glass jelas telah melanggar aturan utama jurnalisme yang seharusnya adalah menyampaikan kebenaran berupa fakta. Glass, tidak hanya tidak menyampaikan fakta namun berbohong dengan mengarang cerita. Setiap kegiatan jurnalisme harus bisa dipertanggungjawabkan kepada masyarakat. Oleh karena itu kegiatan jurnalistik harus mengacu kepada kebenaran. Namun kebenaran ini adalah sebuah kebenaran yang senantiasa terus dicari yakni dengan verifikasi.
Stephen Glass, untuk merealiasikan ambisinya menulis cerita yang hebat, membuat dirinya mengesampingkan nurani. Kejujuran adalah tanggung jawab terhadap nurani. Seharusnya nurani individu dapat menekan seorang jurnalis untuk selalu menyampaikan kebenaran.
Dalam film Shattered Glass ini, Stephen Glass jelas melanggar prinsip Sembilan Elemen Jurnalisme Bill Kovach yang pertama yakni kewajiban jurnalisme adalah pada kebenaran. Kedua, loyalitas pertama jurnalisme adalah kepada masyarakat. Ketiga, intisari jurnalisme adalah disiplin verifikasi. Kesembilan, wartawan memiliki tanggung jawab terhadap nurani.
Dalam film Shattered Glass ini beberapa scene khayalan Stephen Glass yang memberikan kuliah di depan kelas, merupakan cara bagi pembuat film untuk memasukkan kegiatan yang seharusnya dilakukan oleh seorang jurnalis. Scene-scene ini menjadi perbandingan antara apa yang seharusnya dilakukan seorang jurnalis, dan apa yang dilakukan oleh Stephen Glass.
Glass:
“your work can actually influence public policy. Now, journalism is about pursuing the truth” (pada menit 00:08:35- 00:08:40)
Glass:
“And I would never encourage you to do anything sneaky or dishonest”
(pada menit 00:09:18 - 00:09:21)
Kalimat yang dikatakan Glass dalam khayalannya di depan mahasiswa ini telah menjelaskan bahwa Jurnalisme adalah mengenai kebenaran. Hal ini sesuai dengan prinsip pertama dari 9 elemen prinsip jurnalisme Bill Kovach. Kegiatan jurnalisme dapat mempengaruhi kebijakan publik. Namun demikian, Stephen Glass jelas melanggarnya.
Glass:
“A story comes in, and it goes to a senior editor. He, or she, edits it on computer, then calls in the writer, who makes revisions. Then the piece goes to a second editor, and the writer revises it again. Then it goes through a fact-check, where every fact in the piece--every date, every title, every place or assertion is checked and verified. Then the piece goes to a copy editor, where it is scrutinized once again. Then it goes to lawyers, who apply their own burdens of. proof. Marty looks at it too. He's very concerned with any kind of. comment the magazine is making. Then Production takes it, and lays it out into column inches and type. Then it goes back on paper, then back to the writer, back to the copy editor, back to editor number one, and editor number two, back to the fact-checker, back to the writer, and back to Production again. Throughout, those lawyers are reading and re-reading” (Pada menit 00:49:10 - 00:49:57)
Pernyataan Stephen Glass diatas merupakan proses produksi sebuah berita yang harus melalui banyak pihak untuk dicek dan ricek terus menerus. Tetapi Chuck sebagai editor tidak teliti dalam melakukan pengecekan, yang seharusnya mudah dilakukan lewat bantuan internet. Bahkan jika diperhatikan di salah satu adegan, seorang pegawai perempuan bernama Gloria di The New Republic mengatakan seharusnya Chuck bisa mengecek kebenarannya lewat adanya foto, yang memang tidak ada dalam artikel Glass. Dalam dialog ini sebetulnya terdapat kesalahan fatal dari seorang editor. Seharusnya editor tulisan Stephen Glass turut mendapat sanksi karena kelalaiannya. Berikut kutipan dialog Gloria dengan Chuck di menit 01:23:58 - 01:24:11)
Gloria: you know what could've prevented
all this, don't you?
Chuck: No. What?
Gloria: Pictures. How could you make up characters if everyone you wrote about
had to be photographed?
Memang benar menurut Glass bahwa ada lubang dalam sistem verifikasi dimana ada keterbatasan narasumber. Oleh karena itu, informasi yang ada hanyalah catatan yang dimiliki oleh seorang jurnalis.
Glass:
“There's a hole in the fact-checking system. A big one. The facts in most pieces can be checked against some type of source material. If an article's on, say, ethanol subsidies, you could check for discrepancies against the Congressional Record, trade publications, LexisNexis. But on other pieces, the But only source material available are the notes provided by the reporter himself. (Menit 00:50:18 - 00:50:21)
Dengan begitu, catatan menjadi sangat penting. Tetapi disisi lain catatan seorang jurnalis sebagai sumber informasi satu-satunya juga bisa menjadi celah bagi jurnalis seperti Stephen Glass untuk membuat cerita fiktif. Cara antisipasinya bisa menggunakan tape recorder dan foto, sebagai alat bukti informasi dari nara sumber.
Disamping isu besar mengenai kebenaran dan verifikasi, film Shattered Glass ini sebenarnya juga memasukkan isu-isu kecil yang terjadi dalam praktek nyata kegiatan jurnalisme.
Pertama, tidak menutup kemungkinan banyak media yang melakukan praktek seperti Stephen Glass. Diangkatnya cerita mengenai Stephen Glass adalah karena sebenarnya praktek kebohongan ini marak terjadi dalam dunia jurnalisme, namun menjadi hal yang terselubung dan ditutupi. Pesan yang disampaikan flm Shattered Glass adalah bahwa masyarakat tidak seharusnya langsung mempercayai isi berita yang ada dalam sebuah media. Masyarakat harus jeli dan melakukan penelusuran kepada berbagai sumber berita, sebelum mempercayai kebenarannya.
Isu kedua, bagaimana kekuasaan amat menentukan pengambilan keputusan dalam sebuah redaksi berita. Editor Michael Kelly, dipecat oleh bosnya Marty, karena melakukan pembelaan terhadap para jurnalisnya. Meski Michael sangat disegani oleh para jurnalis dan merupakan pimpinan yang baik, namun tetap tidak mampu menyelamatkannya dari campur tangan kekuasaan atasan maupun pemilik media.
Begitu pula dengan editor baru Chuck Lane. Saat ingin memecat Stephen Glass, Chuck mendapat tekanan juga dari atasan sebagai pihak yang berkuasa. Chuck pun mau tidak mau harus menurut kepada atasan dengan hanya memberikan hukuman 2 tahun skorsing, meskipun pada akhirnya Glass dipecat karena terbukti menulis cerita fiktif. Kekuasaan baik dari atasan maupun pemilik media merupakan isu yang nyata ada di dalam dunia media. Oleh karena itu terkadang jurnalis tidak hanya harus berjuang di lapangan untuk membuat berita, tetapi juga harus memperjuangkan prinsip melawan hegemoni kekuasaan.
Ketiga, diceritakan dalam dialog Chuck dengan Caitlin, bahwa Stephen Glass hanya tidur sekitar 2 jam dalam 9 bulan terakhir. Artinya, seorang jurnalis bekerja dibawah tekanan waktu yang luar biasa, dan beban pekerjaan yang besar, juga praktik politis media tempatnya bekerja. Oleh karena itu tekanan ini yang membuat banyak jurnalis untuk menghalalkan segala cara demi menciptakan berita besar yang akan membuat namanya populer sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan mereka atau bahkan hanya sekedar untuk dapat bertahan di tempatnya bekarja. Masalah ini tidak dipungkiri memang terjadi dalam praktek jurnalisme yang sebenarnya.
Kesimpulannya, para jurnalis seharusnya bekerja dengan mengedepankan prinsip dan kode etik jurnalisme untuk menyampaikan kebenaran sebagai tanggung jawabnya terhadap masyarakat. Namun demikian masyarakat juga harus jeli dalam mengkonsumsi berita, sehingga berita yang dibuat oleh para jurnalis dapat memberikan manfaat kepada seluruh kepentingan masyarakat.
1 komentar:
oke thank you mimin
berguna banged nih buat tugas kepepet ane
Posting Komentar