Kamis, 30 Juni 2011

Tujuh belas tahun lalu...

“Semua akan baik-baik saja,” ujarnya berusaha lembut, meski suaranya berat. Di telingaku ucapannya mirip nyayian merdu yang membangkitkan ketenangan. Sepasang mata tajamnya bagaikan elang, memandangku teramat dalam. Mata itu menopang alis hitam lebat. Kontras dengan rambutnya yang mulai memutih dimakan usia. Kerutan di kulit wajahnya, tak mengurangi ketegasan rahangnya. Rahang kotak dengan tulang pipi tinggi membuatnya nampak tampan bersahaja. Sangat khas pria Sumatera.

Ia membelai kepalaku perlahan. Jari-jarinya besar namun mampu masuk ke sela-sela rambutku. Tangan itu kemudian tiba-tiba berhenti dan memegang kepalaku. Seolah- kepalaku terbenam di kedua telapak tangannya. Begitu hangat. 

Lalu, kedua lengannya yang besar menarikku ke dalam pelukannya. Aku merasa kecil di sampingnya. Tinggiku tidak lebih dari dadanya. Tapi posisi itu tepat untuk mendengarkan suara kehidupan. Aku memejamkan mata. Menikmati setiap degub jantungnya. 

Kepalaku ikut bergerak waktu ia menarik dan melepaskan nafasnya. Aku julurkan lenganku. Mesipun aku tahu tak akan mampu melingkar di badannya yang besar. Tubuhku bersatu dengan tubuhnya. Aku bisa merasakan kulit yang membungkus lemak badannya mulai mengendur. Terasa empuk. Tapi aku suka. Suka sekali. 

Aromanya membius. Wangi sabun bercampur rokok laksana candu yang selalu membuatku rindu untuk menghirupnya. Aku merasa bahagia. Seolah di dunia ini hanya ada aku dengannya. Dunia ini milik kami berdua. Aku merasakan cinta. 

Namun rasa itu hanya sejenak. Dadaku tiba-tiba terasa sesak. Jantungku seolah ingin melompat. Sakit. Sangat sakit. Aku seperti berada di ruangan gelap tiada batas. Sendiri. 

Air mataku mulai mengalir ketika sadar aku hanya bermimpi. Aku hanya berkhayal. Aku teringat ruangan itu bagaikan saat dikandungan ibu. Tak ada belaiannya. Tak ada pelukannya.

Ya, lagi-lagi aku sendiri. Rasa dulu dan kini tetap sama. Gelap. Sendiri. Hampa. Tujuh belas tahun lalu dia pergi, dan tidak pernah kembali. 

“Ayah, mengapa?”

0 komentar:

Posting Komentar

 
Template designed using TrixTG