Kamis, 14 Juli 2011

Barang Rongsokan Bernilai Ratusan Juta?

 Buah Manis Dari Sebuah Kegigihan



Di saat para pedagang sibuk menjual barang-barang barunya, dia tetap konsisten menjajakan barang rongsokan yang mungkin sudah tak berharga lagi. Tetapi bagi sejumlah orang, ada nilai tinggi di dalamnya.

Seorang lelaki separuh baya terlihat cukup sibuk memilah-milah barang rongsokan.Tidak lama berselang ia lalu berjalan menghampiri kami sambil melemparkan senyumnya dan berkata, “Dari wartawan mana ya?”. Mungkin ia sudah tidak asing lagi dengan orang-orang yang ingin bertanya kepadanya. Apalagi, jika pertanyaan yang ingin disampaikan terkait dengan usaha yang sedang digelutinya. Lelaki ini adalah Nur Cholish Agi, pemilik Mall Rongsok.
Apa itu Mall Rongsok? Jangan bayangkan tempatnya megah seperti mall sungguhan. Jenis bangunannya adalah semi permanen. Nama usaha Mall Rongsok juga hanya dicetak di atas kertas tebal berwarna merah dan ditempel di kaca jendela. Namun demikian dari Jalan Kukusan, Beiji, Depok, pengguna jalan sudah dapat melihat dengan jelas keberadaan sentra penjualan barang rongsokan ini.


Di Mall Rongsok, pengunjung bisa menemukan beraneka ragam barang bekas, mulai dari spare part kendaraan bermotor hingga bongkaran alat-alat elektronik seperti kabel, circuit board dan lain-lain yang diletakkan di bagian depan toko. Alat-alat rumah tangga dan kantor seperti lemari, meja, kursi, mesin cuci, serta dinding pembatas juga tersedia di bagian belakang Mall Rongsok.
Keunikan bisnis rongsokan ini adalah kejelian dari Sang pemilik, Nur Cholis Agi, atau yang biasa disapa Agi. “Emang punya ide kalo saya punya modal, mau buat mall rongsok. Saya sering main ke Poncol. Orang cuma jualan satu petak. Saya pikir kalau disatukan pemilik satu orang pasti hasilnya bagus,” terang Agi.
Agi memberanikan diri berjualan rongsokan berbekal hobi dan keahliannya mengutak-atik mesin. Ia tidak pernah menempuh pendidikan formal untuk mereparasi mesin dan barang elektronik. Semuanya dilakukan secara otodidak. “Apa aja saya bisa. Mulai dari menyervis handphone, TV, mobil, mengelas, hingga membuat mesin karbit sendiri,” terangnya.
Hobinya mengutak-atik mesin dan elektronik membuat Agi meninggalkan pekerjaan sebelumnya di perusahaan farmasi. Ia lalu membuka usaha servis handphone pada tahun 1995. Setelah itu berbagai usaha dibangunnya mulai dari bengkel mobil, bengkel motor, studio musik, hingga penjualan mobil-mobil antik. Sayang, resesi membuat usahanya bangkrut pada tahun 1998. “Kalau dibilang kaya pelm kartun. Udah jatuh nyusruk kita bangun lagi. Udah dari tahun 1993 saya jatuh, bagun lagi,” ujarnya bergurau dengan logat Betawi.

Agi memang pantang menyerah. Setelah usahanya habis, ia sering mendatangi berbagai tempat penjualan barang bekas. Mula-mula ia membeli 14 televisi bekas, dan mencoba untuk menyervisnya sendiri. Dengan modal Rp. 100.000,- Agi mulai berjualan barang rongsok sedikit demi sedikit di rumahnya pada tahun 2001. Empat tahun berlalu, usaha Agi semakin besar karena banyaknya peminat. Ia pun pindah menyewa tanah tidak jauh dari tempatnya tinggal yang lebih luas.
Pria ramah dan senang tertawa ini, sekarang sudah memiliki 2 cabang Mall Rongsok. Satu tidak jauh dari tempat pusatnya, satu lagi di daerah Krukut. Harga barang rongsok yang dijual juga bervariasi. Mulai Rp. 500,- sampai Rp. 6.000.000,-. Omset yang dihasilkannya pun bisa mencapai Rp 100.000.000,- per bulannya.
Pelanggan Mall Rongsok datang tidak hanya dari Depok, tetapi juga dari Jakarta dan sekitarnya. Salah satunya adalah Roni yang berdomisili di Pondok Cabe. “Jujur, saya baru tahu ada mall rongsok seperti di sini. Walaupun, saya sudah sering menaruh barang dari kantor ke sini buat dijual,” Roni menjelaskan. Ia adalah salah satu pelanggan yang mengirim barang-barang rongsok untuk dijual lagi di sini.
Ya, kini Agi tak perlu lagi repot-repot mencari barang rongsokan, karena telah banyak orang yang menawarkan langsung kepadanya. “Sekarang kebanyakan dari lelangan kantor. Kalo habis lelangan kantor barang penuh,” kata bapak 4 orang anak ini. Selain dari lelangan kantor, Mall Rongsok juga mendapatkan barang eceran dari tukang yang membawa gerobak ataupun dari perumahan di sekitarnya.
Kelengkapan jenis barang yang dijual di Mall Rongsok, juga menjadi salah satu alasan pelanggan sering berkunjung ke sini. “Mau cari barang apa aja ada. Ibaratnya kayak toserba-lah,” jelas Irfan, yang mengaku sudah beberapa kali berbelanja di sini.

Walaupun usaha yang dikelolanya kini terbilang sukses, Agi juga harus menghadapi resiko besar dari usahanya. Menurutnya, usaha rongsokan ini rentan dituduh sebagai penadah. Belajar dari pengalaman, Agi yang hanya lulusan SMA tidak sembarangan menerima barang. “Kalo barang bagus tanya dari mana. Kadang langsung saya tembak, ‘Nyolong dari mana?’ Kalau raut mukanya beda berarti dia nyolong,” terangnya.
Melihat perkembangan usahanya yang pesat, Agi bermimpi suatu saat nanti akan ada investor yang mau membuka mall sesungguhnya, namun diisi barang rongsokan. “Kalau bisa nanti ada investor saya pengen bikin kaya mall bener lah. Settingnya mall beneran tetapi isinya barang rongsokan semua.”
Kegigihan, kreativitas, dan keberanian untuk mengalami kegagalan berbuah manis bagi Agi. Barang rongsok yang tidak berharga mampu disulap menjadi omset ratusan juta. Dengan usaha Mall Rongsok yang telah maju, Agi mampu menikmati hidupnya. “Yang paling enak sekarang saya bisa nyantai. Kalau dulu muter sana sini, sekarang duduk manis terus dapet duit. Kan gitu,” ujarnya sambil tertawa.

(oleh Retno Lestari, Cauzsa C. P, RR Adrina N.S).

3 komentar:

Anonim mengatakan...

ini dimana ya? thanks b4

eno mengatakan...

Jalan Raya Kukusan, Beiji, Depok

hidayah Nur mengatakan...

Bisa jual Ps 3 second/ rusak kak?

Posting Komentar

 
Template designed using TrixTG