Buah Manis Dari Sebuah Kegigihan
Di saat para pedagang sibuk menjual barang-barang barunya, dia tetap konsisten menjajakan barang rongsokan yang mungkin sudah tak berharga lagi. Tetapi bagi sejumlah orang, ada nilai tinggi di dalamnya.
Seorang
lelaki separuh baya terlihat cukup sibuk memilah-milah barang rongsokan.Tidak lama berselang ia lalu berjalan menghampiri kami sambil melemparkan senyumnya dan berkata, “Dari wartawan mana ya?”. Mungkin ia sudah tidak asing lagi dengan orang-orang yang ingin
bertanya kepadanya. Apalagi, jika pertanyaan yang ingin disampaikan terkait
dengan usaha yang sedang digelutinya. Lelaki ini adalah Nur Cholish Agi,
pemilik Mall Rongsok.
Apa
itu Mall Rongsok? Jangan bayangkan tempatnya megah seperti mall sungguhan. Jenis bangunannya adalah semi permanen. Nama usaha
Mall Rongsok juga hanya dicetak di atas kertas tebal berwarna merah dan ditempel
di kaca jendela. Namun demikian dari Jalan Kukusan, Beiji, Depok, pengguna jalan sudah dapat melihat
dengan jelas keberadaan sentra penjualan barang rongsokan ini.
Di
Mall Rongsok, pengunjung bisa menemukan beraneka ragam barang bekas, mulai dari
spare part kendaraan bermotor hingga
bongkaran alat-alat elektronik seperti kabel, circuit board dan lain-lain yang diletakkan di bagian depan toko. Alat-alat
rumah tangga dan kantor seperti lemari, meja, kursi, mesin cuci, serta dinding
pembatas juga tersedia di bagian belakang Mall Rongsok.
Keunikan
bisnis rongsokan ini adalah kejelian dari Sang pemilik, Nur Cholis Agi, atau
yang biasa disapa Agi. “Emang punya
ide kalo saya punya modal, mau buat mall
rongsok. Saya sering main ke Poncol. Orang cuma jualan satu petak. Saya pikir
kalau disatukan pemilik satu orang pasti hasilnya bagus,” terang Agi.
Agi
memberanikan diri berjualan rongsokan berbekal hobi dan keahliannya
mengutak-atik mesin. Ia tidak pernah menempuh pendidikan formal untuk
mereparasi mesin dan barang elektronik. Semuanya dilakukan secara otodidak. “Apa
aja saya bisa. Mulai dari menyervis handphone,
TV, mobil, mengelas, hingga membuat mesin karbit sendiri,” terangnya.
Hobinya
mengutak-atik mesin dan elektronik membuat Agi meninggalkan pekerjaan
sebelumnya di perusahaan farmasi. Ia lalu membuka usaha servis handphone pada tahun 1995. Setelah itu berbagai
usaha dibangunnya mulai dari bengkel mobil, bengkel motor, studio musik, hingga
penjualan mobil-mobil antik. Sayang, resesi membuat usahanya bangkrut pada
tahun 1998. “Kalau dibilang kaya pelm kartun. Udah jatuh nyusruk kita bangun lagi. Udah dari tahun 1993 saya jatuh, bagun
lagi,” ujarnya bergurau dengan logat Betawi.
Agi memang pantang menyerah. Setelah usahanya habis, ia sering mendatangi berbagai tempat penjualan barang bekas. Mula-mula ia membeli 14 televisi bekas, dan mencoba untuk menyervisnya sendiri. Dengan modal Rp. 100.000,- Agi mulai berjualan barang rongsok sedikit demi sedikit di rumahnya pada tahun 2001. Empat tahun berlalu, usaha Agi semakin besar karena banyaknya peminat. Ia pun pindah menyewa tanah tidak jauh dari tempatnya tinggal yang lebih luas.
Pria
ramah dan senang tertawa ini, sekarang sudah memiliki 2 cabang Mall Rongsok.
Satu tidak jauh dari tempat pusatnya, satu lagi di daerah Krukut. Harga barang
rongsok yang dijual juga bervariasi. Mulai Rp. 500,- sampai Rp. 6.000.000,-. Omset
yang dihasilkannya pun bisa mencapai Rp 100.000.000,- per bulannya.
Pelanggan
Mall Rongsok datang tidak hanya dari Depok, tetapi juga dari Jakarta dan
sekitarnya. Salah satunya adalah Roni yang berdomisili di Pondok Cabe. “Jujur,
saya baru tahu ada mall rongsok seperti di sini. Walaupun, saya sudah sering
menaruh barang dari kantor ke sini buat dijual,” Roni menjelaskan. Ia adalah
salah satu pelanggan yang mengirim barang-barang rongsok untuk dijual lagi di
sini.
Ya,
kini Agi tak perlu lagi repot-repot mencari barang rongsokan, karena telah
banyak orang yang menawarkan langsung kepadanya. “Sekarang kebanyakan dari lelangan kantor. Kalo habis lelangan kantor barang penuh,” kata
bapak 4 orang anak ini. Selain dari lelangan kantor, Mall Rongsok juga mendapatkan
barang eceran dari tukang yang membawa gerobak ataupun dari perumahan di
sekitarnya.
Kelengkapan
jenis barang yang dijual di Mall Rongsok, juga menjadi salah satu alasan
pelanggan sering berkunjung ke sini. “Mau cari barang apa aja ada. Ibaratnya kayak toserba-lah,”
jelas Irfan, yang mengaku sudah beberapa kali berbelanja di sini.
Walaupun usaha yang dikelolanya kini terbilang sukses, Agi juga harus menghadapi resiko besar dari usahanya. Menurutnya, usaha rongsokan ini rentan dituduh sebagai penadah. Belajar dari pengalaman, Agi yang hanya lulusan SMA tidak sembarangan menerima barang. “Kalo barang bagus tanya dari mana. Kadang langsung saya tembak, ‘Nyolong dari mana?’ Kalau raut mukanya beda berarti dia nyolong,” terangnya.
Melihat
perkembangan usahanya yang pesat, Agi bermimpi suatu saat nanti akan ada
investor yang mau membuka mall
sesungguhnya, namun diisi barang rongsokan. “Kalau bisa nanti ada investor saya
pengen bikin kaya mall bener lah. Settingnya
mall beneran tetapi isinya barang rongsokan semua.”
Kegigihan,
kreativitas, dan keberanian untuk mengalami kegagalan berbuah manis bagi Agi.
Barang rongsok yang tidak berharga mampu disulap menjadi omset ratusan juta. Dengan
usaha Mall Rongsok yang telah maju, Agi mampu menikmati hidupnya. “Yang paling
enak sekarang saya bisa nyantai. Kalau dulu muter
sana sini, sekarang duduk manis terus
dapet duit. Kan gitu,” ujarnya
sambil tertawa.
(oleh Retno Lestari, Cauzsa C. P, RR Adrina N.S).
3 komentar:
ini dimana ya? thanks b4
Jalan Raya Kukusan, Beiji, Depok
Bisa jual Ps 3 second/ rusak kak?
Posting Komentar